Pengertian nyeri
Minggu, 15 Juli 2012
KONSEP DASAR NYERI
Diposting oleh Irawan di 21.01 0 komentar
Label: FISIOTERAPI
Selasa, 26 Juni 2012
sejarah fisioterapi di indonesia
Diposting oleh dr Ganesa di 21.11 0 komentar
Senin, 14 Mei 2012
SPRAIN ANKLE
Pada umumnya, penderita khususnya olahragawan yang mengalami sprain ankle derajat I tidak begitu memperhatikan kondisi yang dialaminya karena hanya merasa nyeri ringan dan sedikit bengkak sehingga tidak dibawa ke dokter/ fisioterapi. Karena kondisinya tidak diperhatikan, mereka tetap melakukan aktivitas olahraga sehingga dapat terjadi penguluran yang berulang pada ligamentum talofibular anterior. Penguluran yang berulang-ulang akan menimbulkan nyeri yang meningkat pada sisi lateral ankle, biasanya bersifat intermittent atau kadang-kadang konstan, dan cenderung meningkat jika melakukan aktivitas olahraga. Kondisi ini menjadi kronik sprain ankle.
Pada kronik sprain ankle, akan terjadi kerusakan struktur jaringan. Seperti pada ligamentum akan terjadi kerobekan, yang dapat merangsang serabut saraf afferen bermyelin tipis (serabut saraf A delta dan tipe C). Impuls tersebut dibawa ke ganglia akar saraf dorsalis dan merangsang produksi “P” substance yang memicu terjadinya reaksi radang. Kemudian impuls tersebut dibawa ke cornu dorsalis medula spinalis dan dikirim ke level SSP yang lebih tinggi melalui traktus spinothalamicus. Pada level SSP yang lebih tinggi (cortex sensorik, hipothalamus & limbik system) impuls tersebut mengalami proses interaksi yang kemungkinan menghasilkan suatu perasaan subyektif yang dikenal dengan persepsi nyeri. Otot juga ikut terulur lalu akan menjadi spasme, timbul abnormal crosslink yang dapat mengganggu system metabolisme dan menimbulkan nyeri. Pada pembuluh darah akan terjadi haemorhage dan dilatasi yang dapat meningkatkan perlepasan zat-zat iritan yang akan meningkatkan sensitivitas nocisensorik sehingga akan menimbulkan nyeri. Sedangkan pada ujung-ujung saraf pada jaringan yang mengalami kerusakan akan mengeluarkan zat-zat iritan berupa prostaglandin, bradikinin dan histamine yang akan merangsang saraf afferent A delta dan C yang dapat meningkatkan sensitivitas nocisensorik sehingga timbul nyeri. Penderita biasanya menghentikan aktivitas olahraganya karena nyeri yang meningkat. Dengan demikian, problematik utama pada kronik sprain ankle adalah peningkatan intensitas nyeri yang bisa menyebabkan gangguan gerak dan fungsi ankle.
Pemeriksaan yang mengarah riwayat penyakit sebelumnya dan tes-tes spesifik pada sprain ankle. Pemilihan intervensi yang tepat sesuai dengan aktualitas dan stadium penyakit, kedalaman jaringan, dan patologi jaringan sangat diperlukan.
Pemilihan Ultrasound sebagai modalitas utama pada kondisi kronik sprain ankle adalah tepat karena efek mekanik dan terapeutik yang dihasilkan oleh Ultrasound. Ultrasound merupakan modalitas fisioterapi yang menghasilkan gelombang suara dengan frekeunsi antara 1 – 3 MHz. Ultrasound dapat menghasilkan efek mekanik, termal dan microtissue damage. Adanya efek mekanik dan ultrasound menghasilkan panas dijaringan sehingga terjadi peningkatan metabolisme dan sirkulasi darah. Disamping itu, efek mekanik yang continue dapat menghasilkan microtissue damage didalam jaringan sehingga memicu terjadinya reaksi radang baru secara fisiologis yang akhirnya terjadi proses penyembuhan jaringan.
Elastic bandage merupakan salah satu stabilisasi pasif yang digunakan pada penderita dengan gangguan pada sendi ankle. Pemakaian Elastic bandage telah diketahui manfaatnya untuk mencegah terjadinya cidera dan juga untuk menjaga stabilitas sendi ankle, karena dengan pemakaian elastic bandage tersebut maka ankle tersangga dengan baik sehingga gerakan-gerakan yang diinginkan atau gerakan-gerakan ekstrim dapat dihindari. Keluhan nyeri yang terjadi pada kondisi sprain ankle dapat dikurangi denga pemakaian Elastic bandage, hal ini disebabkan karena Elastic bandage akan menjaga stabilitas sendi ankle sehingga iritasi yang berulang-ulang akan dapat dicegah pada saat melakukan gerakan pada sendi ankle. Elastic bandage juga berfungsi sebagai support dimana otot-otot terfiksir dengan merata sehingga memungkinkan pemblokiran gangguan metabolik pada saat peregangan jaringan.
Selain itu, Elastic Bandage juga berperan dalam modulasi nyeri pada level sentral yang melibatkan sistim limbic sebagai pusat emosional. Hal ini dapat terjadi karena dengan pemakaian elastic bandage pada penderita sprain ankle, secara psikologis dapat mempengaruhi emosional penderita, dimana penderita sudah merasa aman dengan menggunakan elastic bandage sehingga penderita dapat melakukan aktifitas kembali tanpa merasa takut, dan keadaan ini secara temporer dapat memblokade impuls nyeri dikornu posterior medulla spinalis. Dengan adanya fiksasi atau stabilisasi pasif memungkinkan untuk diberikan latihan stabilisasi ankle.
Diposting oleh dr Ganesa di 23.22 0 komentar
Frozen shoulder
Frozen shoulder merupakan penyakit dengan karakteristik nyeri dan keterbatasan gerak, dan penyebabnya idiopatik yang sering dialami oleh orang berusia 40-60 tahun dan memiliki riwayat trauma sering kali ringan. Penyebab frozen shoulder tidak diketahui, diduga penyakit ini merupakan respon auto immobization terhadap hasil – hasil rusaknya jaringan lokal. Meskipun penyebab utamanya idiopatik, banyak yang menjadi predisposisi frozen shoulder, selain dugaan adanya respon auto immobilisasi seperti yang dijelaskan di atas ada juga faktor predisposisi lainnya yaitu usia, trauma berulang (repetitive injury), diabetes mellitus, kelumpuhan, pasca operasi payudara atau dada dan infark miokardia, dari dalam sendi glenohumeral (tendonitis bicipitalis, infalamasi rotator cuff, fracture) atau kelainan ekstra articular (cervical spondylisis, angina pectoris).
Pada frozen shoulder terdapat perubahan patologi pada kapsul artikularis glenohumeral yaitu perubahan pada kapsul sendi bagian anterior superior mengalami synovitis, kontraktur ligamen coracohumeral, dan penebalan pada ligamen superior glenohumeral, pada kapsul sendi bagian anterior inferior mengalami penebalan pada ligamen inferior glenohumeral dan perlengketan pada ressesus axilaris, sedangkan pada kapsul sendi bagian posterior terjadi kontraktur, sehingga khas pada kasus ini rotasi internal paling bebas, abduksi terbatas dan rotasi eksternal paling terbatas atau biasa disebut pola kapsuler.
Perubahan patologi tersebut merupakan respon terhadap rusaknya jaringan lokal berupa inflamasi pada membran synovial.dan kapsul sendi glenohumeral yang membuat formasi adhesive [1] sehingga menyebabkan perlengketan pada kapsul sendi dan terjadi peningkatan viskositas cairan sinovial sendi glenohumeral dengan kapasitas volume hanya sebesar 5-10ml, yang pada sendi normal bisa mencapai 20-30ml [2], dan selanjutnya kapsul sendi glenohumeral menjadi mengkerut, pada pemeriksaan gerak pasif ditemukan keterbatasan gerak pola kapsular dan firm end feel dan inilah yang disebut frozen shoulder.
Histologis frozen shoulder yang terjadi pada sendi glenohumeral seperti telah dijelaskan di atas adalah kehilangan ekstensibilitas dan termasuk abnormal cross-bridging diantara serabut collagen yang baru disintesa dengan serabut collagen yang telah ada dan menurunkan jarak antar serabut yang akhirnya mengakubatkan penurunan kandungan air dan asam hyaluronik secara nyata. Pada pasca immobilisasi perlekatan jaringan fibrous menyebabkan perlekatan atau adhesi intra artikular dalam sendi sinovial dan mengakibatkan nyeri serta penurunan mobilitas.
Reserve scapulohumeral rhytm yang terjadi pada penderita frozen shoulder menyebabkan kompensasi skapulothorakal, kompensasi tersebut menyebabkan overstretch karena penurunan lingkup gerak sendi skapulothoracik, hal tersebut juga membuat sendi acromioclavicular menjadi hipermobile. Keterbatasan gerak yang ditimbulkan oleh frozen shoulder dapat mengakibatkan hipomobile pada facet sendi intervertebral lower cervical dan upper thoracal.
Pada tahap kronis frozen shoulder dapat menyebabkan antero position head posture karena hipomobile dari struktur cervico thoracal. Hipomobile facet lower cervical dan upper thoracal juga dapat menyebabkan kontraktur pada ligamen supraspinosus, ligamentum nuchae dan spasme pada otot–otot cervicothoracal , spasme tersebut bila berkelanjutan dapat menyebabkan nyeri pada otot–otot cervicothoracal.
Nyeri yang ditimbulkan oleh frozen shoulder dan spasme cervico thoracal akibat frozen shoulder dapat menyebabkan terbentuknya “vicious circle of reflexes” yang mengakibatkan medulla spinalis membangkitkan aktifitas efferent sistem simpatis sehingga dapat menyebabkan spasme pada pembuluh darah kapiler akan kekurangan cairan sehingga jaringan otot dan kulit menjadi kurang nutrisi. Pengaruh refleks sistem simpatik pada otot pada tahap awal menunjukkan adanya peningkatan suhu, aliran darah, gangguan metabolisme energi phospat tinggi dan pengurangan konsumsi oksigen pada tahap akhir penyakit nonspesifik dan abnormalitas histology dapat terjadi.
Hal tersebut jika tidak ditangani dengan baik akan membuat otot-otot bahu menjadi lemah dan dystrophy. Karena stabilitas glenohumeral sebagian besar oleh sistem muskulotendinogen , maka gangguan pada otot-otot bahu tersebut akan menyebabkan nyeri, menurunnya mobilitas, sehingga mengakibatkan keterbatasan LGS bahu.
Ultrasound merupakan salah satu modalitas fisioterapi yang secara klinis sering diaplikasikan untuk tujuan terapeutik pada kasus-kasus tertentu termasuk kasus muskuloskeletal. Terapi ultrasound menggunakan energi gelombang suara dengan frekuensi lebih dari 20.000Hz yang tidak mampu ditangkap oleh telinga atau pendengaran. Dengan pemberian modalitas ultra sonic dapat terjadi iritan jaringan yang menyebabkan reaksi fisiologis seperti kerusakan jaringan, hal ini disebabkan oleh efek mekanik dan thermal ultra sonik.
Pengaruh mekanik tersebut juga dengan terstimulasinya saraf polimedal dan akan dihantarkan ke ganglion dorsalis sehingga memicu produksi “P subtance” untuk selanjutnya terjadi inflamasi sekunder atau dikenal “neurogeic inflammation”. Namun dengan terangsangnya “P” substance tersebut mengakibatkan proses induksi proliferasi akan lebih terpacu sehingga mempercepat terjadinya penyembuhan jaringan yang mengalami kerusakan. Pengaruh nyeri terjadi secara tidak langsung yaitu dengan adanya pengaruh gosokan membantu “venous dan lymphatic”, peningkatan kelenturan jaringan lemak sehingga menurunnya nyeri regang dan proses percepatan regenerasi jaringan.
Pemberian TENS dapat menurunkan nyeri, baik dengan cara peningkatan vaskularisasi pada jaringan yang rusak tersebut , maupun melalui normalisasi saraf pada level spinal maupun supra spinal, sehingga dengan berkurangnya nyeri pada bahu didapatkan gerakan yang lebih ringan. Efek TENS terhadap pengurangan nyeri juga dapat mengurangi spasme dan meningkatkan sirkulasi, sehingga memutuskan lingkaran “viscous circle of reflex” yang pada akhirnya dapat meningkatkan LGS.
TENS efektif mengurangi nyeri melalui aktivasi saraf berdiameter besar dan kecil melalui kulit yang selanjutnya akan memberikan informasi sensoris ke saraf pusat. TENS menghilangkan nyeri dikaitkan melalui sistem reseptor nosiseptif dan mekanoreseptor. Sistem reseptor nosiseptif bukan akhiran saraf bebas, melainkan fleksus saraf halus tak bermyelin yang mengelilingi jaringan dan pembuluh darah. Pengurangan nyeri yang ditimbulkan oleh TENS dapat juga meningkatkan kekuatan otot karena menormalkan aktivitas α motor neuron sehingga otot dapat berkontraksi secara maksimal, dan berkurangnya “refleks exitability” dari beberapa otot antagonis gelang bahu sehingga otot agonis dapat melakukan gerakan, dan karena stabilitas terbesar pada sendi bahu oleh otot, maka hal tersebut meningkatkan mobilitas sendi bahu.
Contrax Relax and Stretching merupakan suatu teknik terapi latihan khusus yang ditujukan pada otot yang spasme, tegang/memendek untuk memperoleh pelemasan dan peregangan jaringan otot. Pada Contrax Relax and Stretching posisi tangan dibelakang leher terjadi gerakan abduksi dan rotasi eksternal mencapai pembatasan, posisi kapsul sendi mengarah ke inferior, terjadi peregangan pada kapsul anterior dan pada saat kontraksi isometrik terjadi peregangan pada kapsul posterior.
Sedangakan pada Contrax Relax and Stretching posisi tangan dibelakang punggung terjadi gerakan rotasi internal mencapai pembatasan, posisi kaopsul sendi mengarah ke anterior, terjadi terjadi peregangan pada kapsul anterior dan pada saat kontraksi isometrik terjadi peregangan pada kapsul posterior. Pada spasme otot yang berlangsung lama akan diikuti penjepitan vaskuler dan berlanjut terjadinya ischemik jaringan otot yang akhirnya diikuti proses inflamasi dan nyeri yang menimbulkan sirkulasi spasme. Karena proses inflamasi tersebut disusul timbulnya ”abnormal cross link” yang melekatkan jaringan ikat otot dimana ketika spasme pada posisi memendek akibatnya terjadi kontraktur. Pada kasus ini peregangan akan efektif bila dilakukan setelah diperoleh pelemasan dengan teknik contrax relax.
Teknik peregangan otot setelah contrax relax dikenal sebagai contrax relax and stretching.
Pada saat dilakukan kontraksi isometrik otot sendi bahu juga diperoleh gerakan minimal sendi bahu tanpa menimbulkan iritasi noxius dan sekaligus memacu sirkulasi dan proses metabolisme struktur jaringan sendi, disini akan diperoleh peningkatan kelenturan jaringan ikat sendi dan nyeri akan berkurang.
Diposting oleh dr Ganesa di 23.18 0 komentar
Label: FISIOTERAPI
Cerebrovaskular Accident dan Brain Injury
- Hemiparesis
- Hemiparestesia
- Hemiparesis dan Hemiparestesia
- Displegia
- Aphasia atau disphasia sensorik
- Hemiparesis dengan aphasia/ disphasia sensorik atau motorik
- Hemiparesis dengan hemianopia
- Hemiparesis alternans.
A. ANATOMI
B. PENYEBAB / PREDISPOSISI / FAKTOR RESIKO
- Faktor Extrinsik, berupa :
- Tekanan daerah sistemik
- Kemampuan jantung untuk memompa daerah ke sirkulasi sistemik.
- Kwalitas pembuluh darah kortico vertebral.
- Kwalitas darah yang menentukan viskositasnya.
- Faktor Intrinsik, berupa :
- Autoregulasi arteri cerebral
- Faktor biokimiawi regional (konsentrasi asam laktat dan ion hidrogen)
- Peran susunan saraf otonom (tapi hanya sedikit)
- Tekanan perfusi yang rendah
- PO2 turun
- CO2 dan asam tertimbun
- Stroke iskemik, yang dibedakan menjadi dua :
- Stroke trombotik, disebabkan karena penyumbatan pembuluh darah oleh bekuan darah atau thrombus. Atherosclerosis plaque dapat mempersempit pembuluh darah, sehingga membuat aliran darah lebih bergejolak dan mendorong terbentuknya bekuan darah atau thrombus.
- Stroke embolik, dimana penyumbatan disebabkan oleh suatu fragmen dari thrombus, yaitu embolus yang dapat masuk kedalam arteri-arteri yang lebih kecil di dalam otak. Seseorang dengan penyakit jantung akan lebih beresiko karena selalu embolus yang kurang dapat berfungsi dengan baik di jantung akan terbawa oleh aliran darah ke otak.
- Stroke Hemoragik
- Umur (lebih tua, lebih mungkin untuk mendapatkan stroke)
- Hipertensi
- Diabetes Mellitus
- Keturunan (untuk mengembangkan ateroma/ aterogenik)
- Penyakit jantung (stenosis/ insufistensi mitral, coronary heart disease, cogestive heart failure)
- Merokok
- Konsumsi obat anti hamil.
LOKASI
- Batang otak
- Sub cortical
- Cortical
A. ANAMNESA
- Ilustrasi. Gangguan gerakan / Hemiparesis :
- Tulisan saya sekarang kelihatan tidak karuan
- Rokok saya sering jatuh tanpa saya sadari
- Kaki kanannya, sukar diatur dan karena itu jalannya kelihatan canggung.
- Hemiparestesia hampir semuanya dikemukakan secara jelas
- Aphasia atau disphasia motorik :
- Dia tidak bisa bicara, tapi masih mengerti semuanya
- Suaranya tidak jelas bicara apa dan sudah banyak yang lupa
- Aphasia atau disphasia sensorik :
- Bicaranya sudah tidak karuan, kata-katanya kurang jelas dan tidak punya arti.
- Kalau diajak bicara, jawabannya yang aneh-aneh.
- Disartria di ilustrasikan dengan kalimat :
- Hemianopia diilustrasikan dengan kalimat :
- Ketika saya melirik ke kiri, semuanya tampak gelap, tapi sekarang saya sudah bisa melihatnya
- Sewaktu-waktu saya tidak bisa melihat meja kerja saya.
INSPEKSI
- Hemiparesis yang sudah jelas, dimana kelumpuhan sudah tidak diragukan lagi.
- Ketangkasan gerakan sudah tidak ada pada tangan / tangan serta tungkai atau kaki yang lumpuh.
- Ketangkasan gerakan yang berkurang bila penderita masih mempunyai tenaga yang cukup kuat.
- Gangguan motorik pasca stroke yaitu :
- Sindroma parkinson berupa faices miopatika, bradikinesis sampai akinesis, rigiditas, tremor
- Marche a petit pas yaitu berjalan dengan langkah kecil-kecil
- Adanya gangguan miksi dan defeksi berupa inkontinensia urine / alvi dan retensia urine.
PALPASI
- Motorik
- Pemeriksaan ketangkasan gerakan.
- Penilaian tenaga otot-otot
- Penilaian tonus otot
- Sensorik
- Menilai kepekaan indra perapa dan indera yang lain
- Reflex
- Penilaian Reflex Tendor
- Penilaian Reflex Patologik
- Test-Test Khusus
- Pemeriksaan tekanan darah karena biasanya penderita juga hipertensi
PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Darah
- Pemeriksaan kadar glukosa dalam darah.
- Pemeriksaan kadar glukosa dalam urine, karena biasanya terdapat glukosuria pada waktu penderita masuk rumah sakit.
- Perlu pemeriksaan elektrolit untuk dapat mengadakan air/garam secara tepat. Hal ini berhubungan dengan adanya gangguan keseimbangan air/ garam.
- Pemeriksaan dilakukan dengan punksi lumbal untuk mengetahui apakah liquornya jernih atau terdapat perdarahan. Hal ini dapat menunjukkan adanya stroke yang disebabkan oleh infark serebri hemorogik.
- Thorax
- CT Scan / MRI
- Pemberantasan Edeme Serebri
- Pemeliharaan tekanan perfusi cerebral yang optimal
- Terapi korektif terhadap kelainan sebagai berikut :
- Diabetes Mellitus
- Untuk memperbaiki faktor perlekatan trombosit
- Odema paru
- Menurunkan tekanan darah secara pelan-pelan
- Mempercepat penghentian perdarahan
- Terapi korektif terhadap kelinan seperti pada perawatan stroke obtion 3
- Antikonvulsan bila timbul kejang.
- Manifestasi proses dimensia mulai tampak
- Gangguan organik brain syndrome
- Tanda Parkinsonisme
- Infeksi & Diabetes Mellitus
- Secara Umum, bisa diberikan :
- Acetosal 80 – 320 mg / hari
- Tiklopidin 250 – 500 mg/hari ( bila tidak tahan acetosal )
- Acetosal dosis rendah 80 mg + citostozal 50 –100 mg/hari
- Acetosal 80 mg + dipridamol 75-150 mg/hari.
- Phlebotomy untuk polisitemia
- Enarterektomy Carotis hanya dilakukan pada pasien yang siptomatik dengan stenosis 70-99% unilateral & baru
- Tindakan operatif lainnya (reseksi artery vein malformation / AVM, kliping aneurisma Berry)
- Rehabilitasi berasal dari bahasa latin, yaitu Re yang berarti kembali danhabil yang berarti kemampuan, sehingga kata Rehabilitasi berarti mengembalikan kemampuan ke kondisi yang optimal.
- PSIKOTERAPI
- Indoktrinasi menyelenggarakan kegiatan untuk memberikan kesibukan dan semangat kepada penderita.
- Kesabaran dari dokter dan perawat dan melakukan Follow-up Adapun pemeriksaan follow-up yang bisa dilakukan adalah sebagai berikut :
- Meneliti kemunduran/ kemajuan fisik/ mental
- Meneliti secara berkala faktor-faktor resiko, seperti :
- Hipertensi - Obesitas
- Keadaan jantung - Hiperlipidemia, hiperuricacidemia
- Diabetes melitus - Hipotiroidea dan infeksi
- Dokter perlu memberikan penerangan/ penjelasan kepada pasien mengenai aktivitas seksual.
- Sikap keluarga yang memberikan cinta kasih dan suasana yang menyenangkan di rumah.
- FISIOTERAPI
- Positioning
- Berbaring terlentang
- Miring ke sisi yang sehat.
- Miring ke sisi yang lumpuh
- Latihan pasif anggota gerak atas
- Gerakan menekuk dan meluruskan sendi bahu.
- Gerakan menekuk dan meluruskan siku.
- Gerakan memutar pergelangan tangan
- Gerakan menekuk dan meluruskan pergelangan tangan.
- Gerakan memutar ibu jari.
- Gerakan menekuk dan meluruskan jari-jari tangan.
- Latihan Pasif Anggota Gerak Bawah.
- Gerakan menekuk dan meluruskan pangkal paha.
- Gerakan menekuk dan meluruskan lutut.
- Gerakan untuk pangkal paha.
- Gerakan memutar pergelangan kaki
- Latihan Aktif Anggota Gerak Atas dan Bawah, meliputi :
- Latihan I
- Latihan II
- Latihan III
- Latihan IV
- Latihan V
- Latihan VI
- Latihan VII
- Latihan VIII
- Latihan IX
- Latihan berjalan menggunakan tongkat
- Latihan naik dan turun tangga tanpa menggunakan tongkat
- Latihan naik dan turun tangga menggunakan tongkat
- Dari tempat tidur ke kursi
- Dari kursi roda ke mobil
- Tata Cara Makan
- Tata Cara Berpakaian
- Tata cara menggunakan kamar kecil
- Latihan menulis
- Latihan membaca
- Latihan mengucapkan huruf A, I, U, E, O
- Latihan mendengarkan suara
- Latihan berkomunikasi menggunakan papan yang bergambar atau berupa tulisan
MASALAH REHABILITASI
- Strategi kampanye nasional secara terpadu beserta program pencegahan penyakit vaskular yang lain.
- Membudidayakan hidup sehat dalam masyarakat :
- Menghindari : Rokok, stres mental, obesitas, alkohol, konsumsi garam yang berlebihan, obat-obatan golongan amfetamin, kokain dan lain-lain.
- Mengurangi : Kolesterol, lemak, asam urat dalam makanan
- Menganjurkan : Konsumsi gizi seimbang dan olah raga secara teratur
- Mengendalikan : Hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung dan penyakit atherosklerotik lainnya dengan menganjur pola hidup sehat seperti diatas.
- Modifikasi gaya hidup beresiko stroke dan faktor resiko (Telah dijelaskan sebelumnya)
- Melibatkan peran serta keluarga seoptimal mungkin
- Obat-obat yang digunakan (Telah dijelaskan sebelumnya)
- Tindakan Invasif
DAFTAR PUSTAKA
Diposting oleh dr Ganesa di 23.09 0 komentar
Label: FISIOTERAPI